Rabu, 15 Februari 2012


Bayam Dimakan Ulat, Direbut Orang
By: Silvester Rommy

Kebiasaan betamu’ bukan hanya menjadi kebiasaan orang Landjak saja, tetapi juga merupakan mata pencaharian bagi ibu-ibu di daerah perbatasan, khususnya kecamatan Puring Kencana, Empanang, Badau, dan Batang Lupar.

Ibu-ibu dari kampung, seperti Dusun Ukit-Ukit, Desa Labian, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat terkadang mereka pun pergi betamu’. Akan tetapi, mereka betamu’ hanya sesekali saja, tidak sesering piang Uni’ yang hampir setiap pekan.

Ibu-ibu ini, biasanya membawa sayur kampung yang ditanam di ladang mereka, seperti bayam. Sawi ladang, daun ubi, dan cangkok manis. Sepintas dari kemasannya, sayur mereka tidak menarik. Biasanya, sayuran hanya diikat dengan tali plastik bekas atau akar yang tumbuh di ladang. Guna menambah penampilan, sayur juga tak jarang dibungkus dengan daun pisang saja.

Biasanya, sayuran mereka itu menjadi primadona orang Serawak, Malaysia. Mobil yang mereka tumpangi baru saja diparkir, tetapi ibu-ibu warga Tionghoa Malaysia seringkali kurang sabar dan rebutan ingin membeli sayur mereka. Terkadang tak jarang ikat kepala ibu-ibu ini ikut berjatuhan.

Sayur bayam dan sayur lainnya yang dimakan ulat seringkali menjadi sayur yang diperebutkan terlebih dahulu. Hal ini jelas membingungkan ibu-ibu itu.
“sayur bayam kita dimakan ulat, tapi kok jadi rebutan, padahal banyak sayur lain yang lebih segar, lebih menarik, dan terlihat subur” kata seorang ibu kepada temannya!!!

Ibu-ibu dari kampung itu menanam dan memelihara sayurnya tanpa menggunakan pupuk dan aneka pestisida lainnya. Mereka membiarkan sayuran mereka tumbuh apa adanya. Hal inilah yang disukai oleh orang Serawak, khususnya orang keturunan Tionghoa, Malaysia yang sudah memahami efek dari penggunaan pupuk dan pestisida bagi tanaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar