Bayam Dimakan
Ulat, Direbut Orang
By: Silvester Rommy
Kebiasaan betamu’ bukan hanya menjadi kebiasaan orang
Landjak saja, tetapi juga merupakan mata pencaharian bagi ibu-ibu di daerah
perbatasan, khususnya kecamatan Puring Kencana, Empanang, Badau, dan Batang
Lupar.
Ibu-ibu dari kampung, seperti Dusun Ukit-Ukit, Desa
Labian, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
terkadang mereka pun pergi betamu’. Akan tetapi, mereka betamu’ hanya sesekali
saja, tidak sesering piang Uni’ yang hampir setiap pekan.
Ibu-ibu ini, biasanya membawa sayur kampung yang
ditanam di ladang mereka, seperti bayam. Sawi ladang, daun ubi, dan cangkok
manis. Sepintas dari kemasannya, sayur mereka tidak menarik. Biasanya, sayuran
hanya diikat dengan tali plastik bekas atau akar yang tumbuh di ladang. Guna menambah
penampilan, sayur juga tak jarang dibungkus dengan daun pisang saja.
Biasanya, sayuran mereka itu menjadi primadona orang
Serawak, Malaysia. Mobil yang mereka tumpangi baru saja diparkir, tetapi ibu-ibu
warga Tionghoa Malaysia seringkali kurang sabar dan rebutan ingin membeli sayur
mereka. Terkadang tak jarang ikat kepala ibu-ibu ini ikut berjatuhan.
Sayur bayam dan sayur lainnya yang dimakan ulat seringkali
menjadi sayur yang diperebutkan terlebih dahulu. Hal ini jelas membingungkan
ibu-ibu itu.
“sayur bayam kita dimakan ulat, tapi kok jadi rebutan,
padahal banyak sayur lain yang lebih segar, lebih menarik, dan terlihat subur”
kata seorang ibu kepada temannya!!!
Ibu-ibu dari kampung itu menanam dan memelihara sayurnya
tanpa menggunakan pupuk dan aneka pestisida lainnya. Mereka membiarkan sayuran
mereka tumbuh apa adanya. Hal inilah yang disukai oleh orang Serawak, khususnya
orang keturunan Tionghoa, Malaysia yang sudah memahami efek dari penggunaan
pupuk dan pestisida bagi tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar