jaman doeloe |
By: Silvester Rommy
Minggu itu, bukan hari kelabu
bagi saya meskipun sejenak saya harus mendapat sedikit interogasi oleh polisi
Kerajaan Malaysia, tetapi justru menjadi sejarah baru dalam hidupku.
Saya memang mempunyai hobby aneh,
yakni malas menggunakan sandal. Hal itu saya lakukan bukan karena saya mengidap
suatu penyakit atau melakukan suatu terapi, apalagi menuntut ilmu black atau
white magic. Tetapi, hanya semata-mata hobby saja. Biasalah, sedikit meniru
semangat hidup Mahatma Gandi, teman Indiaku itu loh, yang menolak kapitalisme
penjajah. Saya sih mau tampil sederhana saja, seperti layaknya orang kampung. Saya
tidak memakai sandal sudah sejak 7 tahun yang lalu. Lumayankan, uang tidak
keluar untuk beli sandal.
Setelah seharian melakukan
perjalanan dari kota Putussibau, saya harus melepas lelah dahulu di Badau,
Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat sebelum memasuki kota
Lubuk Antu, Serawak. Besok harinya, setelah mengurus “surat putih” (selembar
surat ijin masuk ke Malaysia) saya dan ipar kecilku Fery meluncur dengan
menggunakan motor Yamaha King. Pos polisi Indonesia dan pos Libas, kami lalui tanpa
rintangan.
Selanjutnya, kami mendapatkan
pemeriksaan di pos jaga polisi Kerajaan Malaysia. Setelah surat menyurat kami
diperiksa kami pun langsung meluncur. Baru saja 5 meter perjalanan polisi sudah
berteriak memanggil kami: “cek…cek…cek…. stop sejenak! Kami pun langsung
berhenti. “ada apa, tuan!” kataku sambil turun dari motor dan berjalan
menghampiri mereka.
“eh…. Apa hal you tak pakai selipar!”(sebutan
untuk sandal) kata polisi jaga Malaysia itu.
“saya memang macam ini, tuan!” sahutku.
“You orang punya penyakitkah?” katanya lagi.
“Tidak tuan!” kataku.
“Di Indon sana, apa you pejabat?”
tanyanya lagi.
“bukan tuan, saya cuman cek gu
(guru)!”
Begitu mendengar saya cek gu atau
guru, polisi Malaysia itu langsung hormat, yakni dengan mengangkat tangan di samping
kepalanya kepada saya. “Silahkan masuk cek gu, hati-hati dalam perjalanan?”
katanya sopan.
“Terima kasih, tuan!” kataku sampil
tancap gas……..
Di seberang sana, Malaysia,
seorang cek gu atau guru sangat dihormati oleh masyarakatnya! Para guru
mendapatkan gaji dan tunjangan yang sangat layak. Mereka bisa “melon” atau
membayar ansuran perumahan dan mobil hanya dari gaji saja.
Sementara di Negara kita, guru
baru mendapatkan perhatian dari pemerintah. Tambahan penghasilan bagi guru
harus didapatkan dengan susah payah dan dengan persyaratan yang sangat berbelit-belit,
rumit. Kesenjangan penghasilan antar sesama guru masih terbentang luas. Beberapa
guru sudah menikmati tambahan penghasilan dari tunjangan profesi, tetapi di sisi
lain, masih banyak guru yang mengayuh
sepedanya untuk mengajar…….. Umar Bakrie…… Umar Bakrie….. meski pun banyak
ciptakan mentri, tapi kamu tetap pahlawan tanpa tanda jasa.
Pahlawan yang berjasa saja tak
dihargai, apalagi tanpa tanda jasa…. Siapa yang peduli?????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar